Islam adalah rahmatan lil ‘alamin yakni sebagai agama terakhir yang dijamin kebenarannya dalam kitab suci
terakhir umat manusia, yaitu Al-Qur’anul Karim. Bukti-bukti bahwa Islam adalah
agama yang terakhir pun sangat banyak ditemukan dalam ayat-ayat di dalam
Al-Qur’an. Al-Qur’an menggunakan bahasa Arab yang merupakan bahasa terindah
yang ada di bumi ini. Layaknya Sumpah Pemuda 1928 yang mencamtumkan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa Indonesia, begitu pun juga dengan
bahasa Arab yakni sebagai bahasa pemersatu umat Islam. Sehingga umat Islam yang
ada di seluruh penjuru dunia dapat menghafal Al-Quran tanpa harus berbenturan
dengan dari mana asal mereka dan bahasa yang digunakan.
Tak ada orang yang mampu membuat
bandingan bahasa dengan bahasa Al-Qur’an dikarenakan status ayat Al-Qur’an yang
langsung dari Allah SWT. Sehingga terkadang orang awam belum langsung paham
ketika sekilas membaca terjemahan dari ayat Al-Qur’an. Terjemahan dalam
Al-Qur’an memiliki dua tipe yakni tersirat dan tersurat. Ketika kita membaca
Al-Qur;an dan menemui terjemah ayat yang tersirat, kita merasa kesulitan untuk
memahaminya. Maka, kita membutuhkan kitab tafsir Al-Qur’an untuk memahami
maksud dari ayat yang tersirat tersebut. Salah satu kitab tafsir yang banyak
digunakan adalah Kitab Tafsir Imam Qurthubi.
Imam Qurthubi adalah pengarang
berbagai macam kitab dan banyak negara telah menjadikan kitab beliau sebagai
referensi ketika proses penafsiran dalam memahami Al-Qur’an. Ada 20 jilid dalam
kitab tafsir beliau. Beliau adalah ulama yang sangat giat dan gigih dalam
mengembangkan dan memperdalam ilmu pengetahuan, baik ketika di kota
kelahirannya (Andalusia) maupun di kota tempat wafatnya (Mesir). Metode yang beliau
gunakan dalam penafsiran ayat Al-Qur’an pun sangat rinci dalam penulisannya.
Yakni baik yang hanya berupa penafsiran saja maupun penjelasan dalam
tafsirannya.
Sebagai salah satu bagian dari bangsa
Indonesia, kita dituntut untuk selalu dapat mempelajari ilmu pengetahuan.
Al-Qur’an adalah sumber dari ilmu pengetahuan. Maka, ilmu pengetahuan dapat
dikategorikan sebagai cabang dari ilmu dalam Al-Qur’an. Ilmu-ilmu pengetahuan
itu dapat berupa ilmu alam (fisika, biologi, astronomi, dll) dan ilmu sosial
(sosiologi, sejarah, geografi, dll). Kita sebagai mahasiswa yang haus akan
pengetahuan diharuskan untuk selalu mempelajari dan mengembangkan ilmu
pengetahuan.
Banyak hal yang dapat kita lakukan
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Misalnya seperti melakukan diskusi
tentang berbagai macam topik. Ketika zaman Imam Qurthubi, beliau mengembangkan
ilmu pengetahuan dengan cara selalu menciptakan berbagai macam kitab. Sedangkan
ketika zaman sekarang, diskusi adalah salah satu cara mengembangkan dan
mempelajari ilmu pengetahuan. Imam Qurthubi adalah penafsir Al-Qur’an yang
terkemuka tidak hanya di zamannya, namun sampai sekarang pun namanya tetap
merajalela di penjuru dunia. Hal itu dikarenakan karena kegigihan beliau dalam
menafsikan Al-Qur’an. Di sisi lain perasaan cinta kepada Allah serta keinginan
untuk bertemu dengan Dzat Yang Maha Segalanya sangat didambakan oleh semua
makhluk di dunia ini, sangat mendorong umat muslim untuk selalu berusaha
mendekatkan diri kepada Allah dengan berbagai cara.
Imam Qurthubi adalah salah satu imam
yang terkenal dengan banyak guru. Beliau tidak berguru hanya kepada guru dalam
bidang tafsir saja, melainkan kepada guru yang dari bidang nahwu,
balaghah,qiraah, dan sebagainya. Sosok yang kitabnya dijadikan ensiklopedia ilmu pengetahuan ini wajib kita teladani
akhlaknya selain akhlak dari Sunnah Rasulullah SAW. Karena pada dasanya tiada
waktu yang lebih bermanfaat selain ditujukan untuk pemahaman ilmu pengetahuan.
(.ef.en.)
Label: sejarah
0 Comments:
Subscribe to:
Post Comments (Atom)